STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA KULINER WAROENG POHON DI YOGYAKARTA BERBASIS ECOTOURISM

ABSTRAK - Rumah Makan Waroeng Pohon adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kuliner di Yogyakarta dengan menyajikan masakan tradisional Jawa Tengah. Penelitian ini mengkaji strategi pengembangan pariwisata kuliner Waroeng Pohon Yogyakarta yang berbasis ecotourism dalam menarik pengunjung dan meningkatkan kesadaran akan lingkungan. Persaingan yang ketat dalam dunia kuliner mendorong Waroeng Pohon untuk memiliki strategi yang kuat guna bertahan dan tetap unggul dari pesaingnya. Strategi pengembangan yang dijalankan oleh Waroeng Pohon difokuskan pada upaya pengenalan, promosi, pemeliharaan, dan pengembangan produknya agar menarik minat masyarakat untuk berkunjung. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dengan menggunakan strategi studi kasus, melibatkan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis dilakukan dengan mengumpulkan data, menganalisisnya, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Waroeng Pohon memiliki misi untuk melestarikan lingkungan bagi karyawan dan pengunjungnya. Pendekatan ramah lingkungan yang diterapkan, termasuk arsitektur yang beradaptasi dengan lingkungan, menjadi ciri khas yang membedakan Waroeng Pohon dari restoran lainnya, memberikan keunggulan branding bagi Waroeng Pohon dibandingkan dengan pesaingnya.

Kata Kunci: Ecotourism, Pariwisata Kuliner, Strategi Pengembangan, Waroeng Pohon.

PENDAHULUAN - Industri rumah makan menawarkan peluang bisnis yang signifikan, berkembang dari sekadar tempat makan menjadi destinasi gaya hidup yang multifungsi. Di tengah evolusi ini, rumah makan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tren dan kegiatan sosial, melampaui sekadar tempat makan biasa. Kini, rumah makan menjadi pusat pertemuan, perayaan, dan pengalaman budaya. Selain itu, rumah makan juga turut berkontribusi pada pariwisata lokal, menjadi simbol budaya dan warisan kuliner. Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) Daerah Istimewa Yogyakarta, bisnis industri rumah makan di Yogyakarta mengalami pertumbuhan yang pesat. Sebagai daerah potensial untuk bisnis kuliner, Yogyakarta menawarkan peluang yang besar bagi pelaku usaha di sektor ini. Dalam konteks ini, persaingan di antara rumah makan semakin ketat, mendorong perlunya penerapan strategi pengembangan untuk memperkuat citra rumah makan dan mempertahankan konsumen. Dengan visi dan misi yang jelas, pemilik rumah makan harus memikirkan secara matang tentang cara mengemas produk unggulan yang berkualitas, menarik, dan disukai oleh konsumen.

Hasil Penelitian dan Pembahasan - Penelitian oleh Sherdianto & Anom (2019) tentang Pengembangan Waroeng Semawis dalam Mendukung Wisata Kuliner di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah, menyoroti fokus pengembangan Waroeng Semawis yang lebih pada meningkatkan kualitas wisatawan tanpa memperbaiki kualitas wisata itu sendiri. Meskipun Waroeng Semawis menawarkan berbagai makanan khas Semarang, tren wisata kuliner saat ini menuntut lebih dari sekadar kekhasan kuliner lokal. Wisata kuliner yang berhasil adalah yang juga berusaha melestarikan lingkungan, seperti yang dilakukan oleh Waroeng Pohon.

Ecotourism atau pariwisata berkelanjutan adalah bentuk pariwisata yang berfokus pada kunjungan ke daerah alami yang rapuh, dengan dampak lingkungan yang rendah. Waroeng Pohon, dengan konsepnya yang mengintegrasikan bangunan dengan lingkungan alaminya, menerapkan prinsip-prinsip ecotourism dalam operasinya. Hal ini diungkapkan oleh pemilik Waroeng Pohon, Danto Susanto, yang menekankan pentingnya melestarikan lingkungan dan mengurangi pemanasan global.


Selain memberikan dampak positif pada lingkungan, konsep ecotourism yang diterapkan oleh Waroeng Pohon juga mempengaruhi pengalaman pengunjung. Pengunjung merasa terlibat dalam upaya pelestarian lingkungan saat berkunjung ke Waroeng Pohon, yang pada gilirannya menciptakan pengalaman positif yang mendorong mereka untuk menjaga kebersihan dan mencintai lingkungan.

Dalam menetapkan potensi kuliner khas suatu daerah, beberapa faktor perlu dipertimbangkan, seperti harga yang terjangkau, citarasa yang khas, merek, kemasan lokal, kualitas makanan, porsi yang sesuai dengan harga, lokasi autentik, dan fasilitas fisik bangunan yang khas. Waroeng Pohon berhasil menarik pengunjung bukan hanya dengan kekhasan kuliner Jawa Tengah, tetapi juga dengan konsepnya yang ramah lingkungan dan unik.

Dalam konteks wisata kuliner, pengalaman adalah faktor utama yang memotivasi wisatawan untuk berkunjung. Wisatawan ingin mencicipi makanan khas suatu daerah dan mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan. Dengan konsep ecotourism yang diterapkan, Waroeng Pohon memberikan pengalaman kuliner yang lebih dari sekadar mencicipi makanan, tetapi juga melibatkan pengunjung dalam upaya pelestarian lingkungan.

Kesimpulan - Penelitian ini menyoroti pentingnya strategi pengembangan wisata kuliner berbasis ecotourism di Waroeng Pohon, Yogyakarta. Dengan mengintegrasikan konsep ecotourism dalam operasinya, Waroeng Pohon berhasil menarik pengunjung bukan hanya dengan kekhasan kuliner Jawa Tengah, tetapi juga dengan kontribusinya dalam pelestarian lingkungan. Pengalaman yang unik dan bertanggung jawab lingkungan yang ditawarkan oleh Waroeng Pohon menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan yang mengunjungi Yogyakarta.

Simpulan - Melalui penjelasan yang disajikan, Waroeng Pohon telah membuktikan bahwa menjadi destinasi wisata kuliner yang sukses dengan menu makanan khas tradisional Jawa. Dengan berbagai menu tradisional seperti sego sarang ayam ingkung, pecel, dan wedang uwuh, serta suasana yang kental dengan budaya Jawa, Waroeng Pohon mampu menarik banyak wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.

Lebih dari itu, Waroeng Pohon juga mempraktikkan prinsip-prinsip ecotourism dalam operasinya. Melalui upaya melestarikan lingkungan sekitar, Waroeng Pohon tidak hanya memberikan dampak positif pada lingkungan, tetapi juga pada pengalaman pengunjung. Dengan konsep yang terjaga dan karyawan yang terlatih untuk merawat lingkungan, Waroeng Pohon memberikan kesan yang mendalam bagi pengunjungnya.

Dalam konteks ecotourism, pentingnya pendidikan dan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan menjadi kunci keberhasilan. Waroeng Pohon memberikan contoh nyata bagaimana pendekatan ini dapat diterapkan dalam praktek, dengan mendorong karyawan dan pengunjung untuk selalu merawat lingkungan dan menghargainya.

Secara keseluruhan, Waroeng Pohon telah membuktikan bahwa pengembangan wisata kuliner berbasis ecotourism bukan hanya memberikan manfaat pada lingkungan, tetapi juga pada pengalaman pengunjung dan keberlangsungan hidup masyarakat setempat. Dengan kesadaran dan partisipasi yang terus menerus, Waroeng Pohon menjadi contoh yang inspiratif bagi industri pariwisata di Indonesia.
  1. Sherdianto & Anom (2019): "Waroeng Semawis ini terdapat berbagai macam makanan khas dari Semarang."
  2. Fennel (1999): "Ecotourism: An Introduction."
  3. World Conservation Union (1996): "Ekowisata adalah perjalanan bertanggung jawab secara ekologis, mengunjungi daerah yang masih asli untuk menikmati dan menghargai keindahan alam."
  4. Wood (2002): "Ecotourism: An Introduction."
  5. Arida (2017): "Ekowisata Pengembangan, Partisipasi Lokal, dan Tantangan Ekowisata."
  6. Miles & Huberman (1992): "Analisis data kualitatif."
  7. Hijriati & Mardiana (2015): "Pengaruh Ekowisata Berbasis Masyarakat Terhadap Perubahan Kondisi Ekologi, Sosial Dan Ekonomi Di Kampung Batusuhunan, Sukabumi."
  8. Supardi (2003): "Lingkungan Hidup & Kelestariannya."
  9. Suriani (2009): "Seni Kuliner Bali Sebagai Salah Satu Daya Tarik Wisata Studi Kasus Di Warung Babi Guling Ibu Oka Di Kelurahan Ubud, Gianyar, Bali."

0 Response to "STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA KULINER WAROENG POHON DI YOGYAKARTA BERBASIS ECOTOURISM"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

close

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel